Welcome

Welcome, thanks to look my blog

Friday 21 March 2014

BAB II LANDASAN TEORI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1        Kinerja
Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2004).

2.2        Penilaian Kinerja
2.2.1     Pengertian Penilaian Kinerja
Menurut Anwar P Mangkunegara mendefinisikan penilaian kinerja sebagai berikut:
”Penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian kinerja yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya (Mangkunegara, 2004).”
2.2.2     Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja
Menurut (Rivai, 2004) tujuan dan kegunaan penilaian kinerja pada dasarnya meliputi:
1.      Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini,
2.      Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji berkala, insentif, dan lain-lain,
3.      Mendorong pertanggung jawaban dari karyawan,
4.      Untuk menjaga tingkat kinerja,
5.      Meningkatkan motivasi kerja,
6.      Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhetian dan penetapan besarnya balas jasa,
7.      Sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan bagi karyawan yang berada didalam organisasi.

2.3        Kriteria Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja yang dilakukan di PT. XXX dilakukan berdasarkan atas kriteria dan subkriteria yang telah ditetapkan oleh PT.XXX. Hasil penilaian akan digunakan pihak manajemen untuk membuat keputusan.
Kriteria penilaian ini telah ditetapkan pihak manajemen untuk melakukan penilaian kinerja. Kriteria penilaian kinerja karyawan sebagai berikut:
1.      Sikap Kerja
Aspek sikap kerja adalah kecenderungan berperilaku dalam bekerja, dan hasil sebagai fungsi motivasi dan kemampuan. Adapun tes yang digunakan akan meliputi enam faktor sikap kerja yaitu :
a.       Kedisiplinan
b.      Ketelitian dan Tanggung Jawab
c.       Komunikasi
d.      Kerapian dan kesiapan bekerja
e.       Inisiatif
f.       Kerjasama
2.      Prestasi Kerja
Aspek prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Adapun tes yang digunakan akan meliputi empat faktor prestasi kerja yaitu :
a.       Pengetahuan tentang bidang kerja
b.      Kualitas hasil kerja
c.       Ketrampilan yang dimiliki
d.      Kemampuan menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang diharapkan
3.      Kecerdasan Kerja
a.       Kemampuan perencanaan
b.      Pengambilan keputusan
c.       Kepemimpinan
d.      Kemampuan pelaporan

2.4        Konsep Dasar Sistem
2.4.1     Definisi Sistem
Menurut (Mcleod, 2004) sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai sasaran atau maksud. Sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tidak teratur, melainkan terdiri dari unsur yang dikenal sebagai saling melengkapi karena suatu maksud, tujuan, dan sasaran.
Menurut (Jogiyanto, 2005) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Menurut (Kristanto, 2003) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur - prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.
2.4.2     Karakteristik Sistem
Karakteristik sistem sering juga disebut sebagai sifat yang mendasar dari sistem tersebut. Adapun bagian-bagian karakteristik sistem menurut (Jogiyanto, 2005) adalah sebagai berikut:
a.      Komponen (component)
Suatu sistem terdiri dari komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen dari suatu sistem biasanya dikenal dengan subsistem. Subsistem ini mempunyai sifat-sifat dari sistem itu sendiri dalam menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem juga mempunyai sistem yang lebih besar yang dikenal dengan suprasistem.
b.      Batas Sistem (boundary)
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem yang satu dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Dengan adanya batas sistem ini maka sistem dapat membentuk suatu kesatuan, karena dengan batas sistem ini fungsi dan tugas dari subsistem yang satu dengan lainnya berbeda tetapi tetap saling berinteraksi.
c.       Lingkungan Luar Sistem (Environment)
Segala sesuatu diluar dari batas sistem yang mempengaruhi operasi dari suatu sistem disebut Lingkungan luar sistem (environment). Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Lingkungan luar yang bersifat menguntungkan harus dipelihara dan dijaga agar tidak hilang pengaruhnya, sedangkan lingkungan yang bersifat merugikan harus dimusnahkan dan dikendalikan agar tidak mengganggu operasi dari sistem.

d.      Penghubung Sistem (Interface)
Penghubung Sistem merupakan suatu media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya untuk membentuk satu kesatuan, sehingga sumber-sumber daya mengalir dari subsistem yang satu ke subsistem lainnya.
e.       Masukan (Input)
Energi yang dimasukkan ke dalam suatu sistem disebut INPUT. Masukan ini dapat berupa masukan perawatan (maintenance input), yaitu energi yang dimasukkan supaya sistem itu dapat beroperasi.
f.       Pengolah (Process)
Suatu sistem mempunyai bagian pengolah yang akan mengubah input menjadi output.
g.      Keluaran (Output)
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah. Keluaran ini dapat diklasifikasikan sebagai keluaran yang berguna seperti informasi yang dikeluarkan oleh komputer dan keluaran yang tidak berguna seperti panas yang dikeluarkan oleh komputer.
h.      Sasaran sistem (Objective) dan Tujuan sistem (Goal)
Setiap sistem pasti mempunyai tujuan ataupun sasaran yang mempengaruhi input yang dibutuhkan dan output yang akan dihasilkan.
2.4.3     Elemen-elemen Sistem
 Elemen-elemen sistem menurut (Kristanto, 2003) terdiri dari:

a.    Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
b.   Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak.
c.    Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai.
d.   Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
e.    Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem.


f.     Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback). Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
g.    Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri.

2.5        Konsep Dasar Informasi
2.5.1     Definisi Informasi
Menurut (Mcleod, 2004) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berarti bagi pemakainya dan data adalah sesuatu yang belum berguna bagi pemakainya dan memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk pengambilan keputusan dalam suatu organisasi
Menurut (Jogiyanto, 2005) informasi merupakan data yang telah diproses atau diolah yang memiliki arti penting bagi si penerima dan dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau suatu kejadian.
Menurut (Kristanto, 2003) informasi adalah kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
2.5.2     Kualitas Informasi
Menurut (Jogiyanto, 2005) bagus tidaknya nilai suatu informasi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
a.    Akurat
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
b.   Tepat Pada Waktunya
Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi. Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya.


c.    Relevan
Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda, misalnya informasi mengenai sebab-musabab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan. Sebaliknya informasi mengenai harga pokok produksi untuk ahli teknik merupakan informasi yang kurang relevan, tetapi relevan untuk akuntan.

2.6        Konsep Dasar Sistem Informasi
2.6.1     Definisi Sistem Informasi
Menurut (Mcleod, 2004) sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya.
Menurut (Ladjamudin, 2005) sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen – komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.
Menurut (Jogiyanto, 2005) sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi, mendukung operasi, bersifat managerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
2.6.2     Komponen Sistem Informasi
Menurut (Ladjamudin, 2005) sistem informasi terdiri dari komponen­komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan untuk mencapai sasaran disebut blok bangunan (building blok), yang terdiri dari:
a.      Komponen input
Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen­dokumen dasar.
b.     Komponen model
Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yag sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
c.      Komponen output
Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem.
d.     Komponen teknologi
Teknologi merupakan “tool box” dalam sistem informasi, Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
e.      Komponen hardware
Hardware berperan penting sebagai suatu media penyimpanan vital bagi sistem informasi yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung database atau lebih mudah dikatakan sebagai sumber data dan informasi untuk memperlancar dan mempermudah kerja dari sistem informasi.
f.       Komponen Software
Software berfungsi sebagai tempat untuk mengolah, menghitung dan memanipulasi data yang diambil dari hardware untuk menciptakan suatu informasi.
g.      Komponen basis data
Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management Sistem).
h.     Komponen kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan­kecurangan, kegagalan­kegagalan sistem itu sendiri, ketidakefisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal­hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan­kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
2.6.3     Elemen Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari elemen­elemen yang terdiri dari orang, prosedur, perangkat keras, perangkat lunak, basis data, jaringan komputer dan komunikasi data. Semua elemen ini merupakan komponen fisik.

2.7        Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
2.7.1        Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Daihani, 2001).
Pada sisi lain, pembuat keputusan kerapkali dihadapkan pada kerumitan dan lingkup pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan rasio manfaat atau biaya, dihadapkan pada suatu keharusan untuk mengandalkan seperangkat sistem yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif, yang kemudian disebut Sistem Pendukung Keputusan (SPK).
2.7.2        Karakteristik dan Nilai Guna Sistem Pendukung Keputusan
Beberapa karakteristik yang membedakan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan sistem informasi lainnya adalah :
1.      Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur.
2.      Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan mengkombinasikan penggunaan model-model atau teknik-teknik analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari atau interogasi informasi.
3.      Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan atau dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif.
4.      Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi dan kebutuhan pemakai.
Manfaat atau keuntungan bagi pemakai Sistem Pendukung Keputusan diantaranya meliputi :
1.      Sistem Pendukung Keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data atau informasi bagi pemakainya.
2.      Sistem Pendukung Keputusan membantu pengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3.      Sistem Pendukung Keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
4.      Sistem Pendukung Keputusan dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.
5.      Walaupun suatu sistem pendukung keputusan, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya. Karena sistem pendukung keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif.
Disamping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan diatas, sistem pendukung keputusan juga memeiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah :
1.      Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.
2.      Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3.      Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4.      Sistem pendukung keputusan tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena walau bagaimanapun canggihnya suatu sistem pendukung keputusan, dia hanyalah suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.
2.7.3        Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Dalam proses pengambilan keputusan, Sistem Pendukung Keputusan mempunyai tujuan antara lain :
1.      Membantu menjawab masalah semi terstruktur.
2.      Membantu manajer dalam mengambil keputusan, bukan menggantikannya.
3.      Manajer yang dibantu melingkupi top manajer sampai ke manajer lapangan.
4.      Fokus pada keputusan yang efektif, bukan keputusan yang efisien.
2.7.4        Proses Pengambilan Keputusan
Dalam Sistem Pendukung Keputusan, proses pengambilan keputusan melibatkan empat tahap, yaitu :
1.      Tahap Intelligence
Tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi sehingga kita bisa mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah yang sedang terjadi, biasanya dilakukan analisis berurutan dari sistem ke subsistem pembentuknya. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah.
2.      Tahap Design
Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin, yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi.
3.      Tahap Choice
Dalam tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap design yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen solusi dan rencana implementasinya.
4.      Tahap Implementation
Dalam tahap ini pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih ditahap choice. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai dengan tetap adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya.
2.7.5        Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan terdiri atas tiga komponen utama atau subsistem yaitu :
1.      Subsistem Data (Database)
Subsistem data merupakan komponen sistem pendukung keputusan penyedia data bagi sistem. Data dimaksud disimpan dalam suatu pangkalan data (database) yang diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem manajemen pangkalan data (Data Base Management Sistem/DBMS).
Melalui manajemen pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat. Pangkalan data dalam sistem pendukung keputusan berasal dari dua sumber yaitu sumber internal (dari dalam perusahaan) dan sumber eksternal (dari luar perusahaan). Data eksternal ini sangat berguna bagi manajemen dalam mengambil keputusan tingkat strategis.
2.      Subsistem Model (Model Subsistem)
Keunikan dari sistem pendukung keputusan adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Kalau pada pangkalan data, organisasi data dilakukan oleh manajemen pangkalan data, maka dalam hal ini ada fasilitas tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model yang disebut dengan pangkalan model (model base). Model adalah suatu peniruan dari alam nyata. Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata. Sehingga keputusan yang diambil yang didasarkan pada model tersebut menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan.
3.      Subsistem Dialog (User Sistem Interface)
Keunikan lainnya dari sistem pendukung keputusan adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas atau subsistem ini dikenal sebagai subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang.
Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu (Daihani, 2001) :
1.      Bahasa aksi (Action Language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini dilakukan melalui berbagai piilihan media seperti, keyboard, joystick atau key function lainnya.
2.      Bahasa tampilan (Display atau Presentation Language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain.
3.      Basis Pengetahuan (Knowledge Base), yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif.

2.8        Metode Profile Matching
            Menurut Kusrini (Kusrini, 2007) metode profile matching atau pencocokan profil adalah metode yang sering digunakan sebagai mekanisme dalam pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dipenuhi oleh subyek yang diteliti, bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati. Dalam proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara nilai data aktual dari suatu profil yang akan dinilai dengan nilai profil yang diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar (Handojo, 2005)

2.9        Sistem Development Life Cycle (SDLC)
Dalam gambar 2.2 menggambarkan paradigma Siklus Hidup Klasik (The Classic Life Cycle) untuk rancang-bangun perangkat lunak (Software Engineering), yang lebih dikenal dengan nama "Model air terjun". Paradigma Siklus hidup klasik menuntut sesuatu yang sistematis, yang mendekati contoh pengembangan software yang dimulai pada tingkat sistem sampai pada analisa, desain, pengkodean, pengujian dan pemeliharaan, Dalam siklus rancang-bangun yang konvensional memiliki tahapan yang meliputi :
 
Gambar 2.1 :  The Classic Life Cycle (Pressman, 2002)
1.      Rancang-Bangun Sistem (Sistem Engineering) dan Analisa.
Karena perangkat lunak selalu merupakan bagian dari suatu sistem yang besar, pada tahap ini dimulai dengan penentuan kebutuhan untuk semua unsur-unsur sistem dan kemudian membagi menjadi beberapa subset dari kebutuhan ini yang salah satunya ke dalam perangkat lunak. Gambaran Sistem ini dibutuhkan apabila perangkat lunak harus berhubungan dengan unsur-unsur lain seperti perangkat keras, orang-orang dan data base. Rancang-bangun sistem dan analisa meliputi kebutuhan yang dikumpulkan pada tingkat sistem yang lebih rendah dari Top-Level desain dan analisa.
2.      Analisa Kebutuhan Perangkat Lunak.
Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan secara khusus terpusat pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat alamiah program dalam pembuatannya, software engineer ("analis") harus memahami informasi tentang perangkat lunak, seperti halnya fungsi yang akan dijalankan dan kemampunnya. Kebutuhan dari sistem dan perangkat lunak didokumentasikan dan ditinjau bersama dengan pelanggan.
3.      Desain
Desain perangkat lunak benar-benar suatu proses yang mempunyai banyak tahapan yang berfokus pada 3 atribut program, yaitu : Struktur data, Arsitektur perangkat lunak dan Mengenai cara yang lebih mendetail. Proses desain menterjemahkan kebutuhan ke dalam suatu presentasi perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai penilaian kualitas sebelum memulai pengkodean.
4.      Pengkodean (Coding)
Desain harus bisa diterjemahkan ke dalam suatu format yang terbaca oleh mesin. Langkah pengkodean yang dilaksanakan pada bagian ini. Jika desain dilakukan dalam suatu cara yang terperinci, pengkodean dapat terpenuhi secara mekanistik.
5.      Pengujian (Testing)
Tahap ini bisa dilakukan hanya apabila proses pengkodean telah selesai. Proses pengujian memusatkan pada logika internal dari perangkat lunak, meyakinkan bahwa semua statemen telah diuji, dan pada fungsional eksternal yaitu melaksanakan test untuk meyakinkan masukan yang digambarkan itu akan menghasilkan keluaran yang nyata yang disepakati sebagai hasil telah diminta.
6.      Pemeliharaan (Maintenance)
Perangkat lunak lambat laun niscaya akan mengalami perubahan setelah digunakan oleh pelanggan (suatu perkecualian mungkin penambahan perangkat lunak). Perubahan akan terjadi bisa disebabkan oleh perangkat lunak harus menyesuaikan diri untuk mengakomodasi perubahan dalam lingkungan eksternalnya (misalnya,, suatu perubahan diperlukan oleh karena sistem operasi atau perangkat keras yang digunakan telah berbeda dan lebih maju), atau disebabkan oleh keperluan fungsional pelanggan atau peningkatan kemampuan software. Pemeliharaan perangkat lunak berlaku untuk semua tahapan dalam siklus kehidupan untuk program yang telah ada.
2.10    Alat Bantu Perancangan
2.10.1    Data Flow Diagram (DFD) atau Diagram Arus Data (DAD)
DFD adalah diagram dari aliran data melalui sebuah sistem. DFD dapat di bagi menjadi dua yaitu DFD fisik dan DFD logis. DFD digunakan untuk komunikasi antara analis dan pemakai. Tujuan penggunaan DFD untuk menghubungkan aliran data dari seluruh sistem.
Simbol-simbol yang di gunakan dalam DFD antara lain :
Tabel 2.1 Simbol Data Flow Diagram
Simbol
Fungsi










PROSES
Digunakan untuk menunjukkan transformasi dari masukan menjadi keluaran, dalam hal ini sejumlah masukan dapat menjadi hanya satu keluaran ataupun sebaliknya.

ALIRAN DATA
Digunakan untuk menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari satu bagian ke bagian lain dari sistem dimana penyimpanan mewakili bakal penyimpanan data.

PENYIMPANAN
Dapat digunakan untuk mendefinisikan file atau basis data atau sering kali mendefinisikan bagaimana penyimpanan diimplementasikan dalam sistem komputer.


TERMINATOR (ASAL / TUJUAN DATA)
Melambangkan orang atau kelompok orang (misalnya organisasi diluar sistem, grup, departemen, perusahaan, perusahaan pemerintah) yang merupakan asal data atau tujuan informasi
Sumber : (Jogiyanto, 2005)
Diagram arus data itu sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.      DFD Diagram Context
Merupakan alat untuk menjelaskan struktur analisis. Pendekatan ini mencoba untuk menggambarkan sistem pertama kali secara garis besar dan memecahkannya menjadi bagian yang terinci yang disebut dengan lower level. Dan yang pertama kali digambar adalah level yang teratas sehingga disebut Diagram Context.
b.      DFD Levelled
Setelah diagram context dirancang kemudian akan digambar lebih terinci lagi yang disebut dengan over view diagram (level 0). Tiap-tiap proses di over view diagram
akan digambar lebih terinci lagi dan disebut dengan level 1, dan kemudian di teruskan ke level berikutnya sampai tiap-tiap proses tidak dapat digambar lebih terinci.
2.10.2    Kamus Data (Data Dictionary)
Merupakan teknik lain untuk model data dalam sistem informasi dan merupakan tempat penyimpanan untuk semua level sederhana struktur data dan elemen data dalam sistem (Kristanto, 2003). Dengan demikian kamus data dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem kamus data digunakan untuk merancang input, merancang laporan-laporan database. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang ada di DFD. Arus data di DFD secara lebih terinci dapat dilihat di kamus data. Dan untuk mendefinisikan struktur data yang ada di kamus data biasanya digunakan notasi-notasi yang menunjukkan informasi-informasi tambahan. Notasi-notasi tersebut berbentuk :
Tabel 2.2 Simbol Data Dictionary

Simbol

Uraian

=

Sama dengan diuraikan menjadi, terdiri dari, mendefinisikan, artinya.
+
Dan
( )
Optional ( boleh ada / tidak )
{ }
Pengulangan
[ ]
Memilih salah satu dari alternatif
**
Komentar
|
Pemisah sejumlah alternatif pilihan antara simbol
Sumber : (Kristanto, 2003)
2.10.3    Merancang Database
Merancang database mempunyai tujuan yaitu meminimumkan pengulangan data dan indepedensi data (Fathansyah, 2002). Perancangan database diperlukan untuk menghindari permasalahan di dalam database.
2.10.3.1    ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD adalah merupakan suatu model data untuk mengilustrasikan desain logika dari skema database. ERD terdiri dari tiga bagian :
1.      Entitas, yaitu suatu objek yang terdiri dari kumpulan data dari database.
2.      Relasi, yaitu pengukur antar entitas
3.      Atribut, yaitu menggambarkan hubungan antara entitas dan relasi.
ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar data.
Simbol-simbol yang digunakan yaitu :

Tabel 2.3 Simbol-Simbol ERD

Simbol
Fungsi
Entity


Digunakan untuk menggambarkan obyek yang dapat didefinisikan dalam lingkungan pemakai sistem.
Atribut


Digunakan untuk menggambarkan elemen-elemen dari suatu entity, yang menggambarkan karakter entity.
Hubungan
 


Entity dapat berhubungan satu dengan yang lain. Hubungan ini disebut Relationship.
Garis



Digunakan untuk menghubungkan entity dengan entity dan entity dengan atribut.
Sumber : (Fathansyah, 2002)
2.10.3.2    Normalisasi
Normalisasi adalah proses yang berkaitan dengan model data relasional untuk mengorganisasi himpunan data dengan ketergantungan dan keterkaitan yang tinggi atau erat (Kristanto, 2003).
Bentuk-bentuk Normalisasi :
1.      Bentuk tidak normal
Merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada keharusan mengikat suatu format tertentu, dapat saja tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan kedatangannya.
2.      Bentuk Normal Kesatu
Bentuk normal kesatu mempunyai ciri yaitu setiap data dibentuk dalam flat file. Data dibentuk dalam satu record dan nilai dari field berupa atomik value.
3.      Bentuk Normal Kedua
Syarat yaitu bentuk data telah memenuhi kriteria kesatu. Atribut bukan kunci haruslah bergantung secara fungsi pada kunci utama.
4.      Bentuk Normal Ketiga
Syarat yaitu harus memenuhi bentuk normal kedua. Setiap atribut bukan kunci haruslah bergantung hanya pada kunci utama dan pada kunci utama secara menyeluruh.
2.10.4    Perancangan Masukan dan Keluaran (Input Output Design)
a.      Desain Input
Untuk membuat laporan baru ke dalam perkembangan sistem adalah dengan menggunakan dokumen dan prosedur desain input sehingga perkembangan sistem dapat berkembang dengan cepat dan akurat pada sistem informasi. Tujuan desain input :
1.            Untuk mengefektifkan biaya pemasukan data.
2.            Untuk menjamin kemasukan data dapat diterima dan dimengerti oleh pemakai.
b.      Desain Output
Desain output merupakan keberhasilan dari sistem informasi. Setelah desain input dan file berlangsung maka akan terjadi desain output (Kusrini, 2007).

2.11    Borland Delphi 7.0
Dasar bahasa pemrograman yang digunakan dalam Delphi adalah Pascal, sebuah bahasa yang didesain khusus oleh Niklaus Wirth untuk mengajarkan pemrograman terstruktur. Dibandingkan dengan bahasa generasi ketiga lainnya, seperti bahasa C, Pascal lebih mudah dipelajari dan digunakan. Hal ini karena Pascal memiliki struktur bahasa seperti bahasa Inggris sehingga mudah untuk dibaca.  Tipe data dalam pascal antara lain adalah : Integer, Real, Boolean, Char, String, Pointer, Pchar.
Pascal dalam Delphi berbeda dengan Pascal pada versi-versi sebelumnya, bahkan bila dibandingkan dengan Borland Pascal Versi 7.0, objek Pascal dalam Pascal 7 merupakan pengembangan kompiler-kompiler Pascal versi sebelumnya. Sekarang dalam Delphi bentuk objek Pascal lebih ditingkatkan lagi oleh Borland. Delphi dikembangkan dengan tujuan untuk menetapkan standar baru bahasa Pascal. Akan tetapi Delphi masih mampu mengenal bentuk-bentuk lama objek Pascal dari versi kompiler yang lama.
Bahasa pascal adalah bahasa yang strongly-typed. Artinya, variabel ini harus selalu diberi nilai yang tipenya sama dengan deklarasinya. Bila tidak maka kompiler akan memberikan pesan kesalahan. Sedangkan bahasa yang weak-typed seperti bahasa C, variabelnya dapat menerima nilai yang berbeda dengan type deklarasinya (Teddy, 2003)





No comments:

Post a Comment